TES INTELEGENSI ( KECERDASAN )
TES INTELEGENSI ( KECERDASAN )
A.
PENGERTIAN
INTELEGENSI (KECERDASAN )
Konsep Intelegensi menimbulkan
kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi terhadap gagasan bahwa
setiap orang punya kapasitas mentalumum yang dapat diukur dan dikuantifikasikan
dalam angka. Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua orang
sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita dengar
seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (inteligen) dan si B
tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak inteligen). Istilah inteligen sudah
lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua
ribu tahun yang lalu dan merupakan salah satu aspek alamiyah dari seseorang.
Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata
inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “inteligensia“.
Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego,
inter yang berarti diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga
inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu
penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
Menurut W.Stern (dalam Dewa Ketut
Sukardi, 1997:16), inteligensi adalah kemampuan untuk mengetahui problem serta
kondisi baru, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan
menguasai tingkah laku instinktif, kemampuan menerima hubungan yang kompleks.
Sejalan dengan itu, Weschler (dalam
Dewa Ketut Sukardi, 1997:16) menyebutkan bahwa inteligensi adalah kemampuan
bertindak dengan menetapkan suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional dan
untuk berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara memuaskan.
Menurut Binet (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1997:16), inteligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap
kritis terhadap diri sendiri.
Menurut David Wechsler, inteligensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Menurut Wangmuba inteligensi merupakan
suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang
amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu
suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau
ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat
atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap
kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat
tes inteligensi. K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang
disertai dengan pemahaman atau pengertian. David Wechster (1986). Definisinya
mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan
kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain
kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak
secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara
efektif. Beberapa pakar menyebutkan bahwa intelegensi sebagai keahlian untuk
memecahkan masalah.
Intelegensi merupakan potensi bawaan
yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar disekolah. Dengan
kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan berhasil atau
tidaknya anak disekolah. Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua
tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang
membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk
memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan
(problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Sternberg dalam
Santrock mengatakan bahwa secara umum intelegensi dibedakan menjadi 3
diantaranya:
·
Inteligensi
Analitis
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian
objektif dalam suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan
nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang individu dalam
ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata.
·
Inteligensi
Kreatif
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik,
merancang hal-hal yang baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan
untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu
yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
·
Inteligensi
Praktis
Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan,
menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu
mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami
masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam pembelajaran praktikum di
laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu dengan berbagai peralatan dan
media.
B.
TUJUAN
TES INTELIGENSI
Tujuan tes inteligensi menurut Raisa (2012, online) yaitu:
a.
Tes
intelegensi dapat digunakan menempatkan siswa pada jurusan tertentu.
b.
Untuk
mengidentifikasi siswa yang memiliki IQ di atas normal.
c.
Tes
intelegensi dapat digunakan untuk mendiagnosa kesukaran pelajaran dan
mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan setara.
d.
Tes
intelegensi dapat digunakan untuk memprediksi hasil siswa dimasa yang akan
datang, dan juga sebagai media untuk mengawali proses konseling.
e.
Tes
intelegensi dapat digunakan siswa untuk mengenali dan memahami dirinya sendiri
dengan lebih baik, serta mengetahui kemampuannya.
f.
Untuk
mengukur kemampuan verbal, mencakup kemampuan yang berhubungan dengan simbol
numerik dan simbol-simbol abstrak lainnya.
g.
Alat
prediksi kinerja yang efektif dalam banyak bidang pekerjaan serta
aktivitas-aktivitas lain dalam hidup sehari-hari.
C.
JENIS-JENIS
TES INTELIGENSI
1.
TES
INTELIGENSI INDIVIDUAL
a.
Stanford-Binet
Intelligence Scale
b.
Wechsler-Bellevue
Intelligence Scale (WBIS)
c.
Wechsler-Intelligence
Scale for Children (WISC)
d.
Wechsler
Ault Intelligence Scale (WAIS)
e.
Wechsler
Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI)
2.
TES
INTELIGENSI KELOMPOK
a.
Printer
Cunningham Primary Test
b.
The
Californa Test of Mental Matturity
c.
The
Henmon-Nelson Test Mental Ability
d.
Otis-Lennon
Mental Ability Test
e.
Progressive
Matrices
D.
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI
Seperti yang telah kita ketahui
bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Perbedaan
intelegensi itu, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a.
Pengaruh
faktor bawaan
Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (
+ 0,50 ) orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ),
anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – +0,20 ).[6]
b.
Pengaruh
faktor lingkungan
Perkembangan
anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian
makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting
selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan
berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). Ada
beberapa lingkungan yang berpengaruh terhadap intelegensi, antara lain :
o
Lingkungan
keluarga;
o
Pengalaman
pendidikan;
c.
Stabilitas
inteIigensi dan IQ
Intelegensi
bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan
individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang
notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas
intelegensi tergantung perkembangan organik otak.
d.
Pengaruh
faktor kematangan
Tiap
organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ
(fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya (berkaitan erat dengaan umur).
e.
Pengaruh
faktor pembentukan
Pembentukan
ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti disekolah) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
f.
Minat
dan pembawaan yang khas
Minat
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan
itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Apa yang menarik minat seseorang
mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
g.
Kebebasan
Kebebasan
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua
faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan
intelegensi atau tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada
salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan
pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.
REFERENSI
Anne Anastasi, Susan Urbine. 1997. Psychological Testing, 7e (Alih
Bahasa Robertus H.Imam, Jilid I). Jakarta: PT Prenhallindo.
Dewa Ketut Sukardi. Analisis Tes Psikologis dalam Penyelenggaraan
Bimbingan di Sekolah. 1997. Jakarta:Rineka Cipta.
Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN SU,
2011.
John, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2011,
cet-4.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta,
2011.
Dikutip dari : http://yogieaffandi.blogspot.com/2011/09/pengertian-intelegensi.html,
1-10-2019
http://faddilarahma.blogspot.com/2013/01/tes-intelegensi.html (30/09/2019 20:00)
Comments
Post a Comment